Atas nama alam semesta, bersyukur rasanya tuhan mempertemukan ku denganmu. Kenapa? Sebab, seiring berjalanya waktu pertanyaanku itu di jawab sang penyala kehidupan. Sebelumnya, lewat doa tengah malam aku berharap, semoga aku di pertemukan dengan gadis yang se-latar belakang. Dan gadis itu ternyata kamu.
Oke, terimakasih Tuhan.
Lalu apakah kamu bagian dari rencana tuhan selanjutnya? Rencana tentang ke arah mana, hubungan ini bermuara. Tuhan sudah mempertemukan. Selanjutnya, dua orang manusia ini yang menentukan. Kita di tugaskan untuk saling mengisi ruang-ruang yang kosong di antara hati ini. Ruang-ruang dimana kita harus saling mengenal untuk lebih peka. Ingat obat yang kau kirimkan siang itu? Begitulah cara cinta bekerja. Tuhan memberiku sakit. Dan kamu menawarkan sisi ke ibuan-mu. Menjagaku.
Oke, terimakasih Tuhan.
Kita di pertemukan lewat berbagai sudut pandang yang begitu kaya akan persepektif. Kamu begitu manja, saat aku terlalu sibuk dengan duniaku. Wajar, namanya juga perempuan. Kalo sudah ada yang mengisi, enggak mau bersahabat dengan kesepian. Akhir-akhir ini, aku terlalu sering membuat air matamu yang lentik itu menetes. Aku bukan laki-laki yang menjengkelkan.
Sungguh.
Di balik itu, sebenernya aku bosen melihat kamu ketawa ceckiki-kan. Aku bosen tiap kita bicara, kita rutin becandaan terus. Aku bosen melihat raut wajahmu yang manis. Aku pengennya ada warna yang berbeda. Itu alasan ku, kenapa aku pengen melihat kamu cemberut. Jadi lebih variatif kalau begitu.
Betapa relatifnya, sudut pandang di antara kita.
Cinta itu menyoal antara tapal batas senyum dan deraian air mata. Kalau sudah begitu, kita akan saling melekat secara emosional. Sayang, ingat kah tadi malam air matamu menetes saat aku bilang, “Aku kangen, kamu?” itulah namanya, rasa emosional.
Lewat cara-cara Itulah tuhan mendekat-kan aku dengan jodohku, yaitu kamu @Aldineninenine. Atas nama keseriusan, aku menunggumu.
Cupu
Surabaya, 12-11-2012
Iklan